Malamku; Diawali Tanpa Huruf Kapital, Dijalani Tanpa Spasi, dan Diakhiri Tanpa Titik

Malam adalah tempat dimana rembulan merebut singgasana mentari, tempat dimana gelap merajai langit tanpa belas kasihan, dan waktu dimana keangkuhan rasa menari indah diatas ringkihnya logika. Ku cintai malam meski sehitam jelaga darahmu, seterang apapun biasmu.

Namun, Aku, yang selama ini memuja malam hingga pagi menjelang, tersentak saat separuh mimpi yang dengan indah ku rangkai, dengan gemulai ku ukir, dan dengan sombong ku banggakan, mulai memudar seiring awan gelap menutupi rembulan.

Aku, yang selama ini percaya akan temaram sinar rembulan, terhanyut bersamaan dengan hilangnya bintang di kanvas indah ku bernamakan langit; ia hilang tertutup awan hujan. Layaknya aku yang kehilangan nada saat sedang indah bersenandung.

Malamku pernah lebih baik dari ini. Saat aku bersandar pada garis senja yang menghantarkan aku padamu; rindu.

Jika malam ini rembulan bergelut manja dengan bintang, itu tidak lebih baik dari malam ku saat bersamamu yang kini telah hilang entah dimana adanya.

Anggaplah aku hanya berwujud mimpi. Hadir sebagai bunga bagi tidurmu dan menghilang, kabur, saat kau terjaga dan bersentuhan dengan langitmu; dunia milikmu sendiri.

Leave a comment